Senin, 06 April 2015

Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan

PERAN HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS)
DALAM PEMASARAN JASA PENDIDIKAN
DI SMA TERPADU INSAN CENDEKIA YOGYAKARTA









SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)




Disusun Oleh:

Tri Pariyatun
NIM: 09470111





JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan memiliki peranan yang strategis dalam menyampaikan informasi kebijakan publik kepada masyarakat. Pada momentum sekarang ini Kantor Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) telah mengeluarkan “Surat Keputusan Nomor 117/KEP/M.PAN/10/2003 tentang Jabatan Fungsional Pranata Hubungan Masyarakat yang disingkat JFPH”.[1] Keputusan tersebut menandai telah diberlakukannya JFPH bagi segenap aparatur negara di pusat dan daerah yang mengabdikan diri di bidang pelayanan informasi dan humas dalam mengembangkan profesi dan kariernya khususnya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) praktisi Humas di lembaga pendidikan.
Guna menindaklanjuti keputusan tersebut, Lembaga Informasi Nasional (LIN) bersama Badan Kepegawaian Negara (BKN) telah menetapkan keputusan bersama tentang Jabatan Fungsional Pranata Humas dan Angka Kreditnya beserta 4 (empat) Petunjuk Teknis, yakni:
(1) Nomor : 01/SKB/KA.LIN/2003 dan Nomor 48 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pranata Humas dan Angka Kreditnya; (2) Nomor: 19A/SK/KA.LIN/2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyesuaian/Inpassing ke dalam jabatan dan Angka Kredit Pranata Humas; (3) Nomor: 19B/SK/KA.LIN/2004 tentang Tata Kerja dan Cara Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Pranata Humas; dan (4) Nomor: 19C/SK/KA.LIN/2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengangkatan, Kenaikan Jabatan/Pangkat, Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali, dan Pemberhentian dalam dan dari Jabatan Fungsional Pranata Humas.[2]

Keputusan MENPAN dan beberapa Petunjuk Teknis tentang JFPH tersebut menandai betapa pentingnya peran fungsional praktisi humas dalam melaksanakan tugas secara profesional.
Kita harus menyadari bahwa humas memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberadaan, kelangsungan, bahkan kemajuan lembaga pendidikan. Setidaknya, salah satu parameter penentu nasib lembaga pendidikan adalah masyarakat. Bila ada lembaga pendidikan yang maju, hampir bisa dipastikan salah satu faktor keberhasilan tersebut adalah keterlibatan masyarakat yang maksimal. Begitu pula sebaliknya, bila ada lembaga pendidikan yang bernasib memprihatinkan, salah satu penyebabnya bisa jadi karena masyarakat enggan mendukung. Sikap masyarakat ini bisa jadi akibat dari hal lain dalam kaitannya dengan lembaga pendidikan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Kepercayaan masyarakat menjadi salah satu kunci kemajuan lembaga pendidikan. Ketika masyarakat memiliki kepercayaan terhadap lembaga pendidikan, mereka akan mendukung penuh bukan saja dengan memasukkan putra-putrinya ke dalam lembaga pendidikan tersebut, tetapi bahkan mempengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Sebaliknya, ketika masyarakat tidak percaya, mereka bukan hanya tidak mau memasukkan putra-putrinya ke lembaga pendidikan tersebut, tetapi bahkan memprovokasi tetangga atau kawannya. Ini berarti masyarakat merupakan komponen strategis yang harus mendapat perhatian penuh oleh manajer pendidikan.
Masyarakat memiliki posisi ganda, yaitu sebagai objek dan sebagai subjek yang keduannya memiliki makna fungsional bagi pengelolaan lembaga pendidikan. Ketika lembaga pendidikan sedang melakukan promosi penerimaan calon siswa/mahasiswa baru, maka masyarakat merupakan obyek yang mutlak dibutuhkan. Sementara itu, respon masyarakat terhadap promosi itu menempatkan mereka sebagai subyek yang memiliki kewenangan penuh untuk menerima atau menolaknya. Manajer lembaga pendidikan tidak berwenang memaksa sikap individu dari masyarakat. Posisi masyarakat sebagai subyek juga terjadi ketika mereka menjadi pengguna lulusan-lulusan lembaga tersebut. Oleh karenanya, hubungan dengan masyarakat harus dikelola dengan baik.
E. Mulyasa mengemukakan bahwa:[3]
Model manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, disertai pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya, dan khusunya masyarakat yang berkepentingan langsung dengan sekolah.

Simpati dari masyarakat tersebut akan tumbuh melalui upaya-upaya sekolah dalam menjalin hubungan secara intensif dan proaktif di samping membangun citra lembaga yang baik.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan juga diatur dalam pasal 54 ayat (1) UU RI No. 21 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: [4]
Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

Adapun dari segi bentuknya, partisipasi masyarakat itu bisa berupa gagasan, kritik membangun, dukungan, dan pelaksanaan pendidikan. Semua bentuk partisipasi ini menjadi penting untuk mewujudkan tanggung jawab bersama antara pihak lembaga pendidikan dengan masyarakat terhadap masa depan pendidikan.
Maka, dalam mengelola lembaga pendidikan diperlukan upaya memadukan antara kepentingan sosial dengan pendekatan promosi dan pemasaran. Memadukan kedua kepentingan tersebut yang menjadikan karakteristik tersendiri pada lembaga pendidikan. Sebab itu diperlukan teknik dan cara mengelola informasi yang profesional, efisien, dan efektif kepada masyarakat. Guna menjalankan fungsi-fungsi mengelola informasi kepada publik internal (anak didik, tenaga pengajar, dan karyawan) dan kepada publik eksternal (orang tua anak didik, masyarakat, instansi pemerintah, dan dunia usaha) perlu adanya yang menangani secara statregis dan serius menggarap program tersebut yakni hubungan masyarakat (humas). Pentingnya hubungan sekolah dengan masyarakat dalam hal ini agar sekolah tidak terisolasi dari masyarakat.
Ara Hidayat dan Imam Machali mengemukakan bahwa:[5]
Persaingan dalam dunia pendidikan menjadi tidak dapat terelakkan lagi, banyak lembaga pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya, sehingga banyak terjadi merger (penggabungan) dari beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan administrator untuk memahami pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan lembaganya.

Era globalisai manajemen pemasaran pada lembaga pendidikan dulunya dianggap tabu, ada anggapan yang berlaku pendidikan bukanlah suatu produk yang harus dipasarkan, karena lembaga pendidikan merupakan badan sosial tidak memerlukan pemasaran, akan tetapi pada era global ini pendidikan menjadi kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Karena itu lembaga pendidikan sekarang ini di tuntut memberikan layanan informasi, ketrampilan mengelola informasi, dan kerjasama dengan lembaga lain.
Apabila kita melihat lembaga pendidikan dari kacamata sebuah corporate, maka lembaga pendidikan ini adalah suatu organisasi produksi yang menghasilkan jasa pendidikan yang dibeli oleh para konsumen. Konsumen utamanya adalah para siswa, atau mahasiswa, di samping itu masih banyak konsumen lain.
Ketika produsen tidak mampu memasarkan hasil produksinya, dalam hal ini jasa pendidikan, disebabkan karena mutunya tidak disenangi oleh konsumen, tidak memberikan nilai tambah bagi peningkatan pribadi individu, layanan tidak memuaskan, maka produk jasa yang dikeluarkan tidak akan laku. Akibatnya sekolah akan mundur karena peminatnya tidak ada, akhirnya sekolah itu ditutup. Apabila sekolah ditutup karena ketidakmampuan para pengelolanya, maka akan menimbulkan bencana pada sebuah masyarakat.[6]

Lembaga pendidikan semakin di tuntut harus memberikan manajemen dan layanan yang profesional kepada publik internal (khususnya para peserta didik) dan publik eksternal (masyarakat dan lembaga luar). Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya minat dan kebutuhan masyarakat melanjutkan pendidikan. Masyarakat sebagai salah satu konsumen atau pengguna jasa layanan lembaga pendidikan dewasa ini semakin kritis dan realistis dalam memilih dan menentukan lembaga pendidikan seperti apa yang layak sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan. Sikap masyarakat seperti itu menuntut lembaga pendidikan untuk tetap menjaga dan meningkatkan image yang positif lembaganya di mata masyarakat.
Ketika melihat realita di lapangan menunjukkan bahwa peminat yang mendaftar di SMA Terpadu Insan Cendekia Sleman Yogyakarta sangat sedikit. Terlihat dari data jumlah pendaftar di SMA Insan Cendekia Yogyakarta pada “tahun 2012 adalah 4 siswa.”[7] Sedikitnya jumlah pendaftar salah satunya kurangnya kepercayaan dari masyarakat untuk mendaftarkan putra-putrinya ke lembaga tersebut. Oleh karena itu, humas perlu melakukan strategi pemasaran pendidikan untuk meningkatkan kepercayaan dan simpati dari masyarakat.
Kondisi tersebut yang menyebabkan perlunya suatu sekolah mengenalkan lembaganya kepada masyarakat/calon siswa baru. Setiap sekolah biasanya melakukan promosi untuk menarik perhatian para siswa agar menjatuhkan pilihan pada sekolah tersebut. Setiap sekolah memiliki strategi dan cara tersendiri untuk menarik perhatian masyarakat/calon siswa baru.
B.     Rumusan Masalah
Terungkap dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dalam proposal ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan melalui bauran pemasran (marketing mix) di SMA Terpadu Insan Cendekia Yogyakarta?
2.      Apakah faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pemasaran jasa pendidikan di SMA Terpadu Insan Cendekia Yogyakarta?
C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Suatu penelitian tentu memiliki tujuan yang berfungsi sebagai pedoman, arah, dan hasil yang akan dicapai dari penelitian.
1.      Penelitian ini bertujuan untuk:
a.       Mengetahui peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan di SMA Terpadu Insan Cendekia Sleman Yogyakarta.
b.      Mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pemasaran jasa pendidikan di SMA Terpadu Insan Cendekia Sleman Yogyakarta.
2.      Penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan praktis:
a.       Secara Teoritis
1)      Untuk mengembangkan wawasan dan penegtahuan keilmuan penulis tentang peran humas dalam permasalahan jasa pendidikan.
2)      Tulisan ini diharapkan menjadi karya ilmiah yang dapat menambah khasanah pustaka dunia pendidikan.
b.      Secara Praktis
1)      Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi SMA Insan Cendekia Yogyakarta mengenai peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan.
2)      Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan akademik dan bagi peneliti berikutnya sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian lebih luas dan mendalam.
D.    Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian dan pengkajian yang telah ada, ditemukan beberapa karya ilmiah (skripsi) yang sealur dengan tema kajian penelitian mengenai Peran Hubungan Masyarakat (Humas) Dalam Pemasaran Jasa Pendidikan. Berikut beberapa hasil usaha penelusuran tentang skripsi yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
Berkaitan dengan jenis penelitian mengenai peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan sudah dilakukan pada perusahaan-perusahaan dan instansi-instansi penting lainnya. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Yopi Pernando, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Strategi Komunikasi Dan Aktifitas Humas Dalam Mengenalkan UIN Sunan Kalijaga Kepada Calon Mahasiswa Tahun 2009, skripsi ini di tulis tahun 2009. Penelitian ini mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan aktivitas humas di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam memperkenalkan kepada calon mahasiswa baru pada tahun 2009 melalui strategi komunikasi. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa humas Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta melakukan banyak kegiatan dalam persiapan penerimaan calon mahasiswa baru walaupun banyak kekurangan yang muncul di lapangan.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dewi Fatikhatuz Zahro, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu Desa Wisata Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan (Studi Deskriptif Kualitatif Pada Desa Wisata Kelor, Sleman, Yogyakarta), skripsi ini ditulis tahun 2012. Penelitian ini berisi tentang bagaimana meningkatkan wisatawan pendatang baru dengan menggunakan strategi komunikasi pemasaran terpadu. Karena dengan strategi komunikasi pemasara terpadu, dapat menentukan alasan penting meningkatkan wisatawan pendatang baru. Maksud dari penelituian ini untuk mengenali dan menentukan implementasi pengaruh dari strategi komunikasi pemasaran terpadu dari pengelola wisata desa kelor dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan wisatawan desa kelor menggunakan unsur-unsur dari strategi komunikasi pemasaran terpadu, meskipun unsur-unsur pelaksanaan dari strategi komunikasi pemasaran terpadu keseluruhan belum maksimal, tetapi unsur-unsur dari strategi komunikasi pemasaran terpadu membantu persaingan setiap orang, karena segala sesuatu saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Umumnya pelayanan dan fasilitas yang ada, pada wisatawan desa kelor cukup bermutu untuk memuaskan bagi wisatawan, sehingga dapat mengoptimalkan strategi komunikasi pemasaran terpadu untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Maria Ulfah, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Strategi Marketing Public Relations Dalam Meningkatkan Jumlah Customer (Study Deskriptif Kualitatif Hotel The Phoenix Yogyakarta), skripsi ini ditulis tahun 2010. Dalam penelitian ini menemukan indikasi bahwa Hotel The Phoenix Yogyakarta mencoba untuk memaksimalkan dengan baik strategi alternatif di hadapan pesaing, dengan kata lain memanfaatkan kekuatan public relations untuk membantu aktifitas pemasaran untuk meningkatkan produk penjualan di hotel dan dikenal dengan pemasaran public relations. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemasaran public relations Hotel The Phoenix Yogyakarta terus berjalan dengan baik dengan mengkoordinasikan dan melakukan perencanaan yang teliti untuk aktifitas pemasaran, sehingga aktifitas maksimal dan dapat menarik konsumen.
Dilihat dari ketiga penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada fokus penelitiannya. Fokus penelitian ini tentang peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan melalui bauran pemasaran (marketing mix) beserta faktor penghambat dan pendukungnya. Selain itu, perbedaan juga terletak pada objek penelitiannya yaitu di SMA Terpadu Insan Cendekia Yogyakarta.

E.     Landasan Teori
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan terhadap buku-buku, penelitian terdahulu, dan jurnal-jurnal, maka didapat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, referensi tersebut diantaranya adalah:
1.      Tinjauan Tentang Humas
a.       Pengertian Humas
Humas adalah kepanjangan dari hubungan masyarakat. Menurut Mulyono, humas adalah:[8]
Suatu kegiatan komunikasi yang lebih terarah antara sekolah dan masyarakat melalui langkah-langkah: saling mengenal, saling memahami, saling mengasihi, saling menolong, dan saling menanggung, sehingga terwujud kerja sama yang baik dan saling menguntungkan kepada pihak-pihak yang terkait, dengan tujuan utamanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Sedangkan E. Mulyasa menjelaskan bahwa:[9]
Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan seluruh proses kegiatan sekolah yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, disertai pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat pada umumnya, dan khususnya masyarakat yang berkepentingan langsung dengan sekolah.

Simpati masyarakat tersebut akan tumbuh melalui upaya sekolah dalam mmenjalin hubungan secara intensif dan proaktif dengan membangun citra lembaga yang baik.
b.      Peran Humas
Peran manajemen humas dalam kegiatan lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:[10]
1)      Mampu sebagai mediator dalam menyampaikan komunikasi secara langsung (komunikasi tatap muka) dan tidak langsung (melalui media pers) kepada pemimpin lembaga dan publik intern (dosen/guru, karyawan, dan mahasiswa/siswa).
2)      Mendukung dan menunjang kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan mempublikasi lembaga pendidikan. Dalam hal ini humas bertindak sebagai pengelola informasi kepada publik intern dan publik ekstern, seperti: menyampaikan informasi kepada pers, dan promosi.
3)      Menciptakan suatu citra yang positif terhadap lembaga pendidikannya.

Peran humas dalam lembaga pendidikan tersebut memegang peranan yang paling utama dalam kegiatan pemasaran jasa pendidikan.
c.       Tujuan Humas
Tujuan hubungan sekolah dan masyarakat, T. Sianipar meninjaunya dari sudut kepentingan kedua lembaga tersebut, yaitu kepentingan sekolah dan kepentingan masyarakat itu sendiri. Ditinjau dari kepentingan sekolah, pengembangan penyelenggaraan hubungan sekolah dan masyarakat bertujuan untuk:[11]
1)        Memelihara kelangsungan hidup sekolah.
2)        Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan.
3)        Memperlancar proses belajar mengajar.
4)        Memperoleh dukungan dan bantuan dari masyarakat yang diperlukan dalam pengembangan dan pelaksanaan program sekolah.

Sedangkan jika ditinjau dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, tujuan hubungan masyarakat dengan sekolah adalah untuk:[12]
1)        Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang mental-spiritual.
2)        Memperoleh bantuan sekolah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
3)        Menjamin relevansi program sekolah dengan kebutuhan masyarakat.
4)        Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang makin meningkat kemampuannya.

Secara lebih konkret lagi, tujuan diselenggarakannya hubungan sekolah dan masyarakat adalah:[13]
1)        Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.
2)        Mendapatkan dukungan dan bantuan morel maupun finansial yang diperlukan bagi perkembangan sekolah.
3)        Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah.
4)        Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
5)        Mengembangkan kerjasama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam memdidik anak-anak.

Tujuan hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat yang esensial, yaitu sebagai berikut:[14]
1)        Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) dari masyarakat atas kebijakan-kebijakan yang ditempuh lembaga.
2)        Untuk menunjukkan transparasi pengelolaan lembaga pendidikan sehingga memiliki akuntabilitas publik yang tinggi.
3)        Untuk mendapatkan dukungan rill dari masyarakat terhadap kelangsungan lembaga pendidikan.

Beberapa pemaparan di atas menujukkan bahwa tujuan dari humas adalah  apa yang akan dicapai atau dihasilkan oleh humas di suatu lembaga pendidikan.
d.      Sasaran Humas
Adapun segmen atau sasaran program humas bagi sekolah dapat dibagi menjadi dua sasaran:
Pertama, “segmen intern yang meliputi: peserta didik, karyawan, guru, kepala sekolah, dan pengurus yayasan”.[15]
Kedua, segmen esktern yang meliputi:[16]
1)        Pihak yang secara langsung pernah terlibat: alumni, masyarakat pengguna, orangtua/wali murid.
2)        Lembaga penyedia dana, seperti Al-Falah Surabaya, GNOTA, Yayasan Supersemar, perusahaan atau pribadi.
3)        Lembaga terkait dalam penyelenggaraan pendidikan: Departemen Agama dan Diknas.
4)        Lembaga perantara: stasiun radio, TV, surat kabar, majalah, pengurus masjid/musholla, pengurus jama’ah tahlil dan yasin atau organisasi masyarakat seperti NU, Muhammadiyah.
5)        Tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah desa/kelurahan, kecamatan, Pemda/Pemkot, Provinsi maupun pusat.
6)        Masyarakat umum.

2.      Tinjauan Tentang Pemasaran
a.       Pengertian Pemasaran
M. Mursid menjelaskan bahwa “pemasaran merupakan proses perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen”.[17] Pemasaran tidak hanya berfungsi menyampaikan produk atau jasa hingga sampai ke tangan konsumen, tetapi juga bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan menghasilkan laba.
Pemasaran menurut Yevis Marty Oesman adalah:[18]
Suatu fungsi secara organisasi dan seperangkat proses dari penciptaan, komunikasi, dan penyampaian nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola kerelasian pelanggan dengan cara yang bermanfaat baik bagi organisasi maupun bagi stakeholders.

Sedangkan Marwan Asri mengemukakan bahwa:[19]
Pemasaran adalah usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana strategi yang di arahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.

Lain halnya dengan Sofjan Assauri yang menjelaskan bahwa:[20]
Strategi pemasaran adalah dasar tindakan yang mengarahkan kegiatan atau usaha pemasaran dalam kondisi persaingan dan lingkungan yang selalu berubah, agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pemasaran merupakan proses perpindahan barang dan jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen yang di arahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli, guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba.
Gambar 1
Konsep Inti Pemasaran[21]





b.      Tujuan Pemasaran
Tujuan utama dari pemasaran adalah “untuk membangun dan mempertahankan konsumen yang komit yang menguntungkan bagi perusahaan”.[22] Untuk mencapai tujuan ini, lembaga pendidikan akan memfokuskan pada penarikan, mempertahankan, dan meningkatkan hubungan dengan konsumen.
Sedangkan Philip Kotler menjelaskan bahwa:[23]
Tujuan pemasaran adalah membuat agar penjualan berlebih-lebihan dan mengetahui serta memahami konsumen dengan baik sehingga produk atau pelayanan cocok dengan konsumen tersebut dan laku dengan sendirinya.

Kedua paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah, mempromosikan secara efektif, serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan.
3.      Tinjauan Tentang Jasa
a.       Pengertian Jasa
“Kata jasa (service) itu  sendiri memiliki banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa sebagai suatu produk.”[24] M. Mursid mendefinisikan jasa sebagai berikut: [25]
Jasa adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan secara tersendiri, pada hakikatnya bersifat tidak teraba, untuk memenuhi kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain.

Sejalan dengan Kotler yang mendefinisikan jasa sebagai berikut:[26]
Setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produk jasa bisa berkaitan dengan produk fisik atau tidak.

Dapat disimpulkan jasa merupakan tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk atau jasa lain.
b.      Karakteristik dan Klasifikasi Jasa
Karakteristik jasa dapat diidentifikasikan sebagai berikut:[27]
1)      Tidak berwujud (intangible), sehingga konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba, mendengar, dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya
2)      Tidak terpisahkan (inseparability), dimana jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya yaitu perusahaan jasa.
3)      Bervariasi (varibility), dimana jasa sering kali berubah-ubah tergantung siapa, kapan, dan dimana menyajikannya.
4)      Mudah musnah (perishability), jasa tidak dapat dijual pada masa yang akan datang.
5)      Jasa tidak dapat disimpan (unstorability) dan dikonsumsi pada saat dihasilkan.
6)      Kustominasi (customization), jasa sering kali didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Konsumen merupakan bagian integral dari proses produksi jasa.
7)      Setiap orang atau apapun yang berhubungan dengan konsumen mempunyai andil dalam memberikan peranan.
8)      Karyawan penghubung merupakan bagian dari proses produksi jasa.
9)      Kualitas jasa tidak dapat diperbaiki pada saat proses produksi karena proses produksi jasa terjadi secara real time.

Karakteristik dari jasa tersebut mempunyai ciri-ciri khusus atau sifat-sifat khas tertentu yang dapat membedakan dari yang lain. Berdasarkan karakteristik di atas maka jasa pendidikan mempunyai karakteristik sebagai berikut:[28]
1)      Lebih bersifat tidak berwujud dari pada berwujud.
2)      Produksi dan konsumsi bersamaan waktu.
3)      Kurang memiliki standar dan keseragaman.

 Sedangkan berdasarkan klasifikasi Organisasi Pendagangan Dunia (World Trade Organization - WTO), sesuai dengan GAT/WTO-Central Product Classification/MTN.GNS/W/120, menyatakan bahwa:[29]
Ruang lingkup klasifikasi bisnis jasa meliputi: jasa bisnis, jasa komunikasi, jasa konstruksi dan jasa teknik, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan hidup, jasa keuangan, jasa kesehatan dan jasa sosial, jasa kepariwisataan dan jasa perjalanan, jasa rekreasi, budaya, dan olahraga, jasa transportasi, dan jasa lain-lain.

Klasifikasi jasa tersebut dimaksudkan agar dapat membedakan dengan jelas tentang jasa.
4.      Tinjauan Tentang Pemasaran Jasa Pendidikan
a.       Pengertian Pemasaran Jasa Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yang melayani konsumen, berupa murid, siswa, mahasiswa, dan juga masyarakat umum yang dikenal sebagai “stakeholder”. Lembaga pendidikan pada hakekatnya memberikan layanan, sehingga pihak yang dilayani memperoleh kepuasan dari layanan tersebut. Dalam hal ini, “marketing jasa pendidikan berarti kegiatan lembaga pendidikan dalam memberikan layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan cara yang memuaskan”.[30]
Lebih jelasnya Ara Hidayat dan Imam Machali mengemukakan bahwa:[31]
Pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaan (creation) penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan. Etika pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu layanan intelektual dan pembentukan watak secara menyeluruh. Hal itu karena pendidikan bersifat lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, hasil pendidikannya mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga negara, generasi penerus ilmuwan di masa yang akan datang.

b.      Pemasaran Jasa Pendidikan
Ara Hidayat dan Imam Machali menyebutkan bahwa:[32]
Tiga unsur utama yang terdapat dalam pemasaran adalah strategy, tactic, dan value yang secara kolektif disebut dengan STV Triangle. Unsur strategy terdiri dari segmentation, targeting, dan positoning. Tactic terdiri dari defferentiation, marketing mix, dan seling. Value terdiri dari brand, service, dan process.

Unsur STV triangle dalam pemasaran jasa pendidikan tersebut saling terkait satu sama lain. Sehingga antara strategi, tactic, dan value harus ada elemen-elemen penghubung. Dimana segmentation, targetting, dan positioning merupakan cara untuk memenangkan strategi persaingan (mind share strategy). Sedangkan diferensiasi, marketing mix, dan selling merupakan taktik untuk memenangkan pemasaran (market share tactic). Sementara itu brand, service, dan process adalah nilai untuk memenangkan pemasran (heart share).
Pemasaran dalam bidang pendidikan menghasilkan rasa puas peserta didik serta kesejahteraan stake holder pada lembaga pendidikan dalam jangka panjang sebagai kunci untuk memperoleh profit. “Untuk mewujudkan pelayanan pendidikan yang prima dan memuaskan siswa maka diperlukan strategi-strategi pemasaran jasa pendidikan khususnya bauran pemasaran”.[33] Alasan mengapa dalam kegiatan pemasaran jasa pendidikan difokuskan kepada bauran pemasaran (marketing mix), karena bauran pemasaran (marketing mix) merupakan alat dalam pemasaran yang terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.
Ara Hidayat dan Imam Machali menjelaskan bauran pemasaran (marketing mix) dalam konteks jasa pendidikan yaitu:[34]
Bauran pemasaran (marketing mix) adalah unsur-unsur yang sangat penting dan dapat dipadukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk memenangkan persaingan dalam pendidikan. Bauran pemasaran pendidikan tersebut terdiri dari 7P, yaitu product (produk); jasa seperti apa yang ditawarkan, price (harga); strategi penentuan harganya, place (lokasi/tempat); dimana tempat jasa diberikan, promotion (promosi); bagaimana promosi dilakukan. Sedangkan unsur 3P adalah people (SDM); kualitas, kualifikasi, dan kompetensi yang dimiliki oleh orang yang terlibat dalam pemberian jasa, physical evidence (bukti fisik); sarana prasarana, seperti apa yang dimiliki, dan process (proses); manajemen layanan pembelajaran yang diberikan.

Sebagai suatu bauran pemasaran (marketing mix), unsur-unsur tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Sehingga apabila salah satu tidak tepat pengorganisasiannya akan mempengaruhi strategi pemasaran secara keseluruhan.

1)      Product (produk) Jasa Pendidikan
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani menjelaskan pengertian produk secara umum, yaitu:[35]
Produk merupakan keseluruhan konsep objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen. Dalam hal ini konsumen tidak hanya membeli fisik dari produk itu saja tetapi membeli manfaat dan nilai dari produk tersebut yang disebut dengan “the offer”. Terutama pada produk jasa yang kita kenal tidak menimbulkan beralihnya kepemilikian dari penyedia jasa kepada konsumen.

Dalam buku pengelolaan pendidikan, Kotler mendefinisikan produk sebagai “segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan”.[36] Lebih spesifik lagi dijelaskan oleh Keegan bahwa produk adalah:
Koleksi sifat-sifat fisik, jasa, dan simbolik, yang menghasilkan kepuasan, atau manfaat, bagi seorang pengguna atau pembeli. Manajemen produk berkaitan dengan keputusan yang mempengaruhi persepsi pelanggan dari produk yang ditawarkan oleh perusahaan.[37]

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produk merupakan suatu kumpulan sifat-sifat fisik, jasa, dan simbolik, yang menghasilkan kepuasan atau manfaat bagi seorang pengguna atau pembeli yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan.
Jadi, produk dalam konteks jasa pendidikan menurut Ara Hidayat dan Imam Machali adalah:[38]
Produk dalam konteks jasa pendidikan, adalah jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berupa reputasi, prospek, dan variasi pilihan. Lembaga pendidikan yang mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan jasa pendidikan adalah lembaga yang dapat menawarkan reputasi, prospek, mutu pendidikan yang baik, prospek dan peluang yang cerah bagi para siswa setelah lulus dari lembaga pendidikan tersebut, dan untuk menentukan pilihan-pilihan yang diinginkan, seperti studi lanjut di Perguruan Tinggi faforit di dalam atau luar negeri, serta bekerja atau bermasyarakat dengan baik.

2)      Price (harga) Jasa Pendidikan
Unsur bauran pemasaran penting lainnya adalah harga. Penentuan harga dalam jasa pendidikan sangatlah penting karena lembaga pendidikan bergantung pada uang pendidikan dan uang jasa lainnya demi kegiatan operasionalnya. Harga merupakan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Sedangkan harga menurut Saladin-Oesman sebagai berikut:[39]
Harga merupakan kekuatan nilai tukar barang dan jasa yang dapat meningkatkan volume penjualan dan keuntungan perusahaan. Harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa. Harga juga dapat dikatakan sebagai penentu nilai suatu produk di benak konsumen.

Sedangkan Kotler mendefinisikan harga sebagai berikut:[40]
Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya. Harga juga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang paling fleksibel. Harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti ciri khas (feature) produk dan perjanjian distribusi.

Kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga merupakan sejumlah uang yang digunakan sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa yang diberikan konsumen kepada produsen. Harga  merupakan elemen yang dapat menghasilkan pendapatan serta menghasilkan biaya.
Sehingga dari kesimpulan di atas, harga dalam konteks jasa pendidikan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan siswa untuk mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan. Dalam elemen harga lembaga pendidikan tersebut mengenai penetapan harga (seperti SPP, biaya pembangunan, dan biaya laboratorium), pemberian beasiswa, prosedur pembayaran, dan syarat cicilan
3)      Place (lokasi/tempat) Jasa Pendidikan
Dalam konteks jasa pendidikan, yang dimaksud dengan place adalah lokasi. Penentuan lokasi lembaga pendidikan akan mempengaruhi calon pelanggan dalam menentukan pilihannya. “Lokasi yang strategi dan mudah dicapai kendaraan umum, akan menjadi daya tarik bagi mereka”.[41] Lokasi lembaga pendidikan merupakan elemen yang penting dalam mempengaruhi calon siswa dalam menentukan pilihannya. Oleh karena itu, lokasi lembaga pendidikan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat menjadi daya tarik bagi siswa.
Lokasi lembaga pendidikan perlu dipertimbangkan lingkungan di mana lokasi itu berada (dekat dengan pusat kota atau perumahan, kondisi lahan parkir, lingkungan belajar yang kondusif) dan transportasi (seperti kemudahan sarana transportasi menuju lembaga pendidikan tersebut).
4)      Promotion (promosi) Jasa Pendidikan
Lembaga pendidikan membutuhkan promosi yang efektif dengan pasar sasaran. Mereka harus mempromosikan kepada konsumen tentang tujuan, aktivitas, dan menawarkan untuk memotivasi mereka agar tertarik dengan programnya. Lembaga pendidikan harus secara teratur mempromosikan diri melalui programnya, siswa, alumni, sekolah, dan program lainnya. “Promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara lembaga pendidikan dengan pelanggan, melainkan juga sebagai alat untuk  mempengaruhi pelanggan”.[42]
“Promosi penjualan adalah insentif jangka pendek yang ditawarkan kepada pelanggan dan perantara untuk merangsang pembeli produk”.[43] Yevis Marty Oesman menyampaikan gagasan yang sama bahwa “promosi adalah suatu aktivitas pemasaran yang dilakukan untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran terhadap suatu produk”.[44] Lebih lanjut kedua pegertian tersebut dipertegas oleh Buchari Alma dan Ratih Hurriyati, bahwa:[45]
Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut.

Beberapa pengertian di atas, lebih diperinci lagi oleh Ara Hidayat dan Imam Machali, bahwa promosi adalah sebagai berikut:[46]
Kegiatan mengkomunikasikan penjualan produk di pasaran dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Promosi bertujuan untuk memberikan informasi dan menyakinkan konsumen akan manfaat produk yang dihasilkan. Kegiatan promosi yang dapat dilakukan adalah dengan cara advertising (iklan) melalui media TV, radio, surat kabar, bulletin, majalah, baliho, brosur, dan lain-lain. Promosi pejualan, seperti pameran pendidikan, bazar pendidikan, dan invitasi. Melakukan kontak langsung dengan calon siswa dan melakukan kegiatan hubungan dengan masyarakat.

5)      People (SDM) Jasa Pendidikan
Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal yang penting dalam lembaga apa pun, termasuk lembaga pendidikan. Kualitas SDM tidak hanya menentukan maju mundurnya suatu lembaga, tetapi juga hidup matinya. Buchari Alma dan Ratih Hurriyati menjelaskan bahwa:[47]
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah semua orang/pelaku yang terlibat dalam proses penyampaian jasa kepada konsumen serta mempengaruhi persepsi konsumen, seperti para personel penyedia jasa, pelanggan, dan para pelanggan lainnya yang terkait dengan jasa tersebut.

Sedangkan dalam konteks jasa pendidikan Ara Hidayat dan Imam Machali menjelaskan bahwa:[48]
People (Sumber Daya Manusia) adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyampaian jasa pendidikan, seperti Tata Usaha (TU), kepala sekolah, guru, dan karyawan (pendidik dan tenaga kependidikan). Pendidik dan tenaga kependidikan ini yang menjadi ujung tombak dalam proses pemberi layanan pendidikan.

Sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan tersebut sangat penting bahkan menjadi ujung tombak dalam proses pemberian layanan pendidikan kepada para siswa dalam lembaga pendidikan.
6)      Physical Evidence (bukti fisik) Jasa Pendidikan
Bukti fisik adalah lingkungan fisik dimana tempat perusahaan jasa tersebut diciptakan dan tempat penyedia jasa dan konsumen berinteraksi. Bukti fisik ini memainkan peran yang sangat penting, apabila transaksi jasa tersebut dilaksanakan di lokasi perusahaan jasa.
Bukti fisik  menurut Buchari Alma dan Ratih Hurriyati adalah:[49]
Suatu lingkungan dimana jasa disampaikan kepada konsumen dan tempat dimana perusahaaan dapat berinteraksi dengan konsumen, dan di dalamnya terdapat komponen-komponen yang berwujud (nyata) yang dapat menfasilitasi kinerja suatu jasa.

Sedangkan dalam lembaga pendidikan, bukti fisik merupakan suatu lingkungan di mana lembaga pendidikan dan siswa dapat berinteraksi, dan di dalamnya terdapat komponen tangible (berwujud) yang mendukung kinerja atau komunikasi dari jasa pendidikan tersebut.
7)      Process (proses) Jasa Pendidikan
Proses menurut Buchari Alma dan Ratih Hurriyati merupakan “gabungan semua ativitas, yang pada umumnya terdiri dari prosedur, jadwal pekerjaan, mekanisme, aktivitas, dan hal-hal rutin, di mana tempat jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen”.[50] Sedangkan Elisabeth Koes Soedijati mendefinisikan proses adalah sebagai berikut:[51]
Suatu prosedur, mekanisme, dan rangkaian kegiatan untuk menyampaikan jasa dari produsen kepada konsumen, di mana proses ini sangat berkaitan dengan sumber daya manusia yang akan menyampaikan suatu jasa kepada konsumen.

Oleh karena itu, proses dalam konteks jasa pendidikan merupakan serangkaian kegiatan yang dialami siswa selama dalam pendidikan, seperti proses belajar mengajar sehingga akan menghasilkan produk/lulusan (output) yang diharapkan.
F.     Metodologi Penelitian
Penelitian (research) merpakan kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan satu permasalahan. Fungsi penelitian yaitu mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.[52] Dalam setiap penelitian tidak lepas dari suatu metode, karena metode adalah cara bertindak dalam upaya agar kegiatan penelitian dapat terlaksana secara rasional dan terarah demi mencapai hasil yang sempurna. Keberhasilan metode dengan obyek pembahasan adalah satu keharusan untuk sampai ketujuan, karena penyelidikan ilmiah pada umumnya bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran suatu pengetahuan.
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.[53] Dengan menggunakan sebuah metode peneliti dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah serta akan lebih mempermudah proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Dalam suatu penelitian, hal-hal yang perlu dijelaskan meliputi: jenis penelitian, penentuan subjek penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan trianggulasi.[54] Untuk penyusunan skripsi ini, metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan mengacu pada kerangka teori yang sudah disusun dari beberapa referensi sehingga bisa dijadikan panduan dalam penelitian peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan di SMA Terpadu Insan Cendekia Yogyakarta.
2.      Metode Penentuan Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber utama data penelitian yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti.[55] Dengan kata lain dalam penelitian kualitatif ini, subjek penelitian disebut juga dengan nara sumber. Nara sumber yang diambil sebagai sampel penelitian ini diambil menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling yaitu nara sumber diambil dari subjek yang mengetahui, memahami, dan mengalami langsung dalam strategi pemasaran pendidikan di SMA Terpadu Insan Cendekia Sleman Yogyakarta. Dalam mendapatkan sumber data dalam penelitian ini, yang menjadi sumber penelitian adalah:
a.       Kepala Yayasan Ndende Krisnawan Yogyakarta
b.      Kepala SMA Insan Cendekia Yogyakarta
c.       Waka Hubungan Masyarakat (humas) SMA Insan Cendekia Yogyakarta
d.      Waka Sarana Prasarana SMA Insan Cendekia Yogyakarta
e.       Waka Kurikulum SMA Insan Cendekia Yogyakarta
f.       Perwakilan siswa SMA Insan Cendekia Yogyakarta
g.      Perwakilan dari masyarakat sekitar SMA Insan Cendekia Yogyakarta
3.      Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian ini ada beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu:
a.       Metode Indepth Interviews (Wawancara Mendalam)
Wawancara mendalam bisa dikatakan sebagai wawancara tidak berstruktur, yaitu wawancara yang bebas dimana “…pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan”.[56] Wawancara ini bersifat terbuka karena nara sumber bisa memberikan jawaban secara luas dan mendalam dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan baik secara face to face atau melalui telepon pada kondisi yang tidak dipaksakan untuk memperoleh jawaban yang valid dan akurat.
b.      Observasi
“Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang di selidiki”.[57] Observasi ini difokuskan untuk mengamati dan melihat langsung bagaimana kondisi SMA Insan Cendekia Yogyakarta.
c.       Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan penyelidikan terhadap dokumentasi tertulis. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.[58]

Metode ini digunakan untuk mengetahui data letah geografis, jumlah guru, keadaan siswa, dan sarana prasarana. Dokumen yang akan diteliti yaitu dokumen gambaran umum SMA Terpadu Insan Cendekia Sleman Yogyakarta.
4.      Metode Analisis Data
Penelitian kualitatif menggunakan metode analisa data induktif, dimana metode ini ditekankan untuk meneliti kasus-kasus yang dipolakan menjadi teori baru. “Pendekatan induktif membuka kemungkinan untuk melakukan penemuan atau discovery”.[59]
“Analisa data dalam peneitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan”.[60] Proses analisa data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
Sedangkan untuk langkah-langkah analisanya, data yang diperoleh dari wawancara ditranskrip secara lengkap dalam bentuk transcribe. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya ialah menyususn dalam satuan-satuan. Satuan-satuan ini kemudian dikategorisasikan (compare) pada langkah berikutnya. Kategorisasi di buat setelah melakukan coding (pemberian code pada kategori yang sama). Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam bentuk narasi dengan memasukkan teori yang digunakan.[61] Tahap akhir dari analisa data ini ialah melakukan pemeriksaan keabsahan data.
5.      Triangulasi Data
Triagulasi merupakan metode pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber dan metode. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, yang dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan suatu dokumen yang berkaitan. Sementara itu, “triangulasi metode yaitu melakukan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama”.[62]


G.    Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan pembahasan dan memberi gambaram dalam penyusunan skripsi ini, maka peneliti perlu mengemukakan sistematika penulisan skripsi. Skripsi ini terdiri dari empat bagian/bab yang masing-masing diperinci menjadi sub-sub bab yang sistematis dan saling berkaitan yaitu sebagai berikut:
Bab I berisi tentang pendahuluan untuk mengantarkan pembahasan proposal secara keseluruhan. Bab ini berisi tentang apa yang melatar belakangi penulis sehingga tertarik untuk mengangkat masalah peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan. Kemudian rumusan masalah, yang dimaksud dengan rumusan masalah adalah mempertegas pokok-pokok masalah yang akan diteliti agar lebih fokus. Setelah itu dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian, yaitu untuk menguraikan pentingnya penelitian ini. Sedangkan, telaah pustaka berisi tentang perbandingan antara skripsi penulis dengan skripsi yang sejenis tetapi berbeda judul. Kemudian, kerangka teori yang dilanjutkan dengan metode penelitian untuk mensistematiskan metode dan langkah-langkah penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana cara yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini. Dan yang terakhir adalah menjelaskan tentang sistematika pembahasan skripsi (rencana bab), yang mana menjelaskan mulai dari BAB I, BAB II, BAB III, dan BAB IV.
Bab II berisi tentang gambaran umum SMA Terpadu Insan Cedekia Yogyakarta. Gambaran tersebut meliputi letak dan keadaan  geografis; sejarah berdirinya dan proses perkembangannya; visi, misi, arah tujuan dan ciri khasnya; struktur organisasi dan kedudukan humas di dalam struktur organisasi; keadaan guru, karyawan, dan siswa; serta sarana dan prasarana. Bab ini berfungsi untuk memberikan gambaran utuh mengenai SMA Terpadu Insan Cedekia Yogyakarta sebelum melangkah pada pembahasan utama, yaitu peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan di SMA Terpadu Insan Cendekia Yogyakarta.
Bab III merupakan inti dari penelitian ini. Yaitu berisi tentang pembahasan mengenai masalah yang diteliti yaitu analisis hasil penelitian “Peran Hubungan Masyarakat (Humas) Dalam Pemasaran Jasa Pendidikan di SMA Terpadu Insan Cendekia Yogyakarta” yang mencakup peran humas dalam pemasaran jasa pendidikan serta faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan pemasaran jasa pendidikan di SMA Terpadu Insan Cendekia Sleman Yogyakarta.
Bab IV adalah bab penutup. Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian. Saran-saran tentang hasil penelitian juga disampaikan dalam bab ini agar dipertimbangkan mengenai masukan dari peneliti, baik bagi SMA Terpadu Insan Cendekia Yogyakarta maupun peneliti yang lain atau pun kalangan umum sekalipun. Serta pada bagian akhir terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran terkait dengan penelitian.



[1] Zulkarnain Nasution, Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan: Konsep, Fenomena, dan Aplikasinya  (Malang: UMM Press, 2010), hal. 85.
[2] Ibid., hal. 85.
[3] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam (Jakarta: ERLANGGA, 2007), hal. 184.
[4] UU RI No. 21 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[5] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah (Bandung: Pustaka Educa, 2010), hal. 257.
[6] Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed.), Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus Pada Mutu dan Layanan Prima (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 13.
[7] Lembar Informasi Data Individual SMA Insan Cendekia Tahun Pelajaran 2011/2012.
[8] Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hal. 208.
[9] Mujamil Qomar, Manajemen,… hal. 184.
[10] Zulkarnain Nasution, Manajemen,… hal. 23.
[11] M. Ngalim Purwanto, Andministrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. 2007). Hal. 189.
[12] M. Ngalim Purwanto, Andministrasi,… hal. 189.
[13] Ibid.,
[14] Mujamil Qomar, Manajemen, hal. 184.
[15] Mulyono, Manajemen, hal. 231.
[16] Ibid.,
[17] M. Mursid, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 26.
[18] Yevis Marty Oesman, Sukses Mengelola Marketing Mix, CRM, Customer Value, dan  Customer Dependency: Kasus Pada Pemasaran Shopping Center (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 19.
[19] Marwan Asri, Marketing (Yogyakarta: UUP AMP YKPN, 1991), hal. 15.
[20] Sofjan Assauri, Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep, dan Strategi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 170.
[21] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan,… hal. 262.
[22] Yazid, Pemasaran Jasa: Konsep dan Implementasi, Edisi kedua (Yogyakarta: Ekonisa, 2008), hal. 74.
[23] Philip Kotler, Marketing (Jakarta: Erlangga, 1999), hal. 2.
[24] Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta: Salemba Empat, 2006), hal. 5.
[25] M. Mursid, Manajemen,… hal. 116.
[26] Ririn Tri Ratnasari & Mastuti H. Aksa, Teori dan Kasus Manajemen Pemasaran Jasa (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal. 3.
[27] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan,… hal. 263.
[28] Ibid., hal. 263.
[29] Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen,… hal. 7.
[30] Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed.), Manajemen,… hal. 30.
[31] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan,… hal. 263.
[32] Ibid., hal. 258.
[33] Ibid., hal. 272.
[34] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan,… hal. 273.
[35] Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen,… hal. 70.
[36] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan,… hal. 273.
[37] Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed.), Manajemen,… hal. 303.
[38] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan,… hal. 274.
[39] Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed.), Manajemen,… hal. 306.
[40] Ibid., hal. 306.
[41] Ibid., hal. 309.
[42] Ririn Tri Ratnasari & Mastuti H. Aksa, Teori,… hal. 79.
[43] Christopher H. Lovelock dan Lauren K. Wright, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta: Indeks, 2005), hal. 276.
[44] Yevis Marty Oesman, Sukses,… hal. 117.
[45] Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed.), Manajemen,… hal. 310.
[46] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan,… hal. 275.
[47] Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed.), Manajemen,… hal. 314.
[48] Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan,… hal. 275.
[49] Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed.), Manajemen,… hal. 316.
[50] Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen,… hal. 76.
[51] Buchari Alma dan Ratih Hurriyati (ed.), Manajemen,… hal. 325.
[52] Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal. 1.
[53] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 3
[54] Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009, hal. 12.
[55] Saifuddin Azwar, Metode, hal. 34.
[56] Sugiyono, Metode,… hal. 320.
[57] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, 1978), hal. 136
[58] Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Jilid II Cetakan ke XII,  (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 82.­­­­
[59] Sugiyono, Metode,… hal. 313.
[60] Sugiyono, Memahami,... hal. 89.
[61] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 247.
[62] Ibid., hal. 330-331.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar