HAKIKAT, TUJUAN,
DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM
Mata kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Dr. Sembdo Ardi Widodo, MA
Oleh:
Tri Pariyatun,
S.Pd.I
1420411160
PAI-D (Mandiri)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan
Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim
kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu:
Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah
syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena pendidikan
termasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila
diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah.
Hal tersebut
menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas
masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat
yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman
Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal
dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an;
demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an
menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan
kepada pendidikan.
Hadis juga
banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadis sebagai
pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan
sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Di samping Al-Qur’an dan
hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan
penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan hadis, berupa
ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap
sebagai dasar pendidikan Islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah
tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an
dan hadis Nabi Muhammad saw.
B.
Rumuan
Masalah
1. Apa
hakikat pendidikan Islam?
2. Apa
tujuan pendidikan Islam?
3. Apa
fungsi pendidikan Islam?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Haikat Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu
proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah
pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga
bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan
dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.[1]
Pendidikan Islam
berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai
dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah
suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang
dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[2]
Istilah pendidikan
dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbuyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim.
Dari keriga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek
pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.
Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan.
Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan
Islam.[3]
Kedatipun
demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki kesamaan
makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara
tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis
terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi
tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.
1.
Tarbiyah
Penggunaan
istilah al-Tarbiyah berasal dari kata
rabb. Walaupun kata ini memiliki
arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang,
memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.[4]
Dari segi
etimologis, tiga asal kata tarbiyah yakni, raba, rabiya, dan rabba, kata
tarbiyah mencakup makna yang sangat luas yakni (1) al-nama yang berarti
bertambah, berkembang, dan tumbuh menjadi besar sedikit demi sedikit, (2)
aslahahu yang berarti memperbaiki pembelajar jika proses perkembangan
menyimpang dari nilai-nilai Islam, (3) tawalla amrahu yang berarti mengurus
perkara pembelajaran, bertanggung jawab atasnya dan melatihnya, (4) ra’ahu yang
berarti memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi yang dimiliki dan
tabiyatnya (5) al-tansyi’ah yang berarti mendidik, mengasuh, dalam arti materi
(fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya), yang kesemuannya
merupakan aktivitas pendidikan.[5]
Menurut Syekh
Ali, kata rabba memiliki arti yang
banyak yakni merawat, mendidik, memimpin, mengumpulkan, menjaga, memperbaiki,
mengembangkan, dan sebagainya. Daim menyimpulkan bahwa makna tarbiyah adalah
merawat dan memperhatikan pertumbuhan anak, sehingga anak tersebut tumbuh
dengan sempurna sebagaimana yang lainnya, yaitu sebuah kesempurnaan dalam
setiap dimensi dirinya, badan (kinestetik), roh, akal, kehendak, dan lain
sebagainya.[6]
Secara filosofis
mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan
yang diberikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah
sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang
luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri
atas empat unsur pendekatan, yaitu:[7]
1. Memelihara
dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh)
2. Mengembangkan
seluruh potensi menuju kesempurnaan
3. Mengarahkan
seluruh fitrfah menuju kesempurnaan
4. Melaksanakan
pendidikan secara bertahap.
Dari penjelasan
tersebut dapat diringkas bahwa prinsip-prinsip dasar pengertian tarbiyah dalam
Islam adalah:[8]
pertama, bahwa murabbi (pendidik) yang sebenarnya hanyalah Allah, karena Dia
Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan paling tahu tentang
hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari terus menerus siapa
sebenarnya manusia itu sesuai dengan perintah Tuhan. Kedua, penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua dimensi
manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati,
kehendak, kemauan adalah tanggung jawab manusia sebagai konsekwensi menjalankan
fungsinya sebagai hamba Tuhan dan sebagai fungsi khalifah. Ketiga, dalam proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan
dasarnya dari Al-Qur’an dan Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang
digariskan-Nya. Keempat, setiap
aktivitas tarbiyah mengarah kepada penumbuhan, perbaikan, kepemimpinan, atau
penjagaan setiap dimensi dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau
secara nattural. Kelima, tarbiyah
yang direkayasa mengharuskan adanya rencana yang teratur, sistematis, bertahap,
berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa
yang menjadi subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah manusia. Ketujuh, bahwa kata tarbiyah tida
terbatas pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya, tradisi, dan nilai
tetapi juga pembentukan kepribadian (transformatif) yang dilakukan secara
bertahap.
2.
Taklim
Istilah
al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam.
Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan
al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu.[9]
Jalal memberikan
alasan bahwa proses taklim lebih umum dibandingkan dengan proses tarbiyah:[10]
Pertama,
ketika
mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak
terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan
perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab, penanaman
amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari segala
kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari
segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta
berguna bagi dirinya
Kedua,
kata
taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka
atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari
dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta.
Ketiga,
kata
taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik.
Dengan demikian
kata taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan
kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu Abrasyi, menjelaskan kata
taklim hanya merupakan bagian dari tarbiyah karena hanya menyangkut domain
kognitif. Al-Attas menganggap kata taklim lebih dekat kepada pengajaran atau
pengalihan ilmu dari guru kepada pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif
tidak memberikan porsi pengenalan secara mendasar.[11]
3.
Takdib
Attas menawarkan
satu istilah lain yang menggambarkan pendidikan Islam, dalam keseluruhan
esensinya yang fundamental yakni kata takdib. Istilah ini mencakup unsur-unsur
pengetahuan (‘ilm), pengajaran
(taklim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat mencakup
beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan yang saling berkait, seperti ‘ilm (ilmu), ‘adl (keadilan), hikmah (kebajikan),
‘aml (tindakan), haqq (kebenaran), natq (nalar)
nafs (jiwa), qalb (hati), ‘aql (akal),
maratib dan derajat (tatanan
hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab). Dengan mengacu pada kata adb dan kaitan-kaitanya seperti di atas,
definisi pendidikan bagi al-Attas adalah:[12]
Sebagai
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia
tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Makna al-ta’dib
berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke
dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan.[13]
B. Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan al-Qur’an dan
hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai
kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran
yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan
dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Secara
Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau
tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok
orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan
adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan
selesai.[14] Karena itu tujuan pendidikan Islam
adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang
melaksanakan pendidikan Islam.[15]
Secara
Epistemologis, Merumuskan tujuan
pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri
yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu
serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut
istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam.
Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal,
yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa
tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi
oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.[16]
Secara
Ontologis : Dalam
Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan
umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi
menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan
kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT.[17]
Sebagai
bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan pendidikan
memegang peranan sangat penting. Karena memang tujuan berfungsi mengarahkan
aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan membantu mencapai
keberhasilan.[18]
Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan
berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadis.[19]
Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan
pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.[20]
Tujuan pendidikan adalah
menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam
segala aspek kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan terjajah
oleh adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama semakin ketat pula
persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan semakin maju.[21]
Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu,
pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik,
aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara
individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke
arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada
perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi
kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.[22]
Tujuan pendidikan ialah
perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelahmengalami proses pendidikan
baik pada tingkah laku individu dan
kehidupan pribadinya maupun kehdupan masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu ituhidup.
Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy- Syaebani tujuan pendidikan
islam memiliki empat ciri pokok :[23]
1.
Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
2.
Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup
segala aspek pribadi pelajar atausubyek didik, dan semua aspek perkambangan
dalam masyrakat.
3.
Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak
adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaanya
4.
Sifat realistis dan dapat dilaksanakan,
penekanan pada perubahan yangdikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan,
memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara individu,
masyarakat dankebudayaan di mana-mana dan kesanggupanya untuk berubah
dan berkembanng bila diperlukan
Pendidikan
Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi)
nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan
pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas
konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara
optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau
kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh,
sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang dialogis
terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, Pendidikan Islam harus
mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan duniawi-ukhrawi
yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan antara kedua bidang
itu.[24]
Menurut
H.M.Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung
nilai-nilai islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang
berdasarkanajaran Islam secara bertahap. Prof. H. M.
Arifin, M. Ed menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran pada tiga dimensi
hubungan manusia selaku “Khalifah” dimuka bumi yaitu sebagai berikut:
1.
Menanamkan sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan
seimbang dengan Tuhannya.
2. Membentuk
sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan masyarakatnya.
3.
Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola
dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan
hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya kepadanya,
dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis.
Tujuan
pendidikan menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati dan Dr. Zakiyah Daradjat ada empat
macam, yaitu:[25]
1. Tujuan Umum
Tujuan umum
ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek
kemanusiaan, seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan.
Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan
kerangka yang sama. Bentuk Insan Kamil dengan polatakwa kepada Allah swt harus
dapat tergambar dalam pribadi seseorang yang sudah terdidik, walaupun dalam
ukuran kecil dan mutu yang rendah.
2. Tujuan Akhir
Pendidikan
Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu
hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil
dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang
dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan, dan pengalaman dapat
mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk
menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan
pendidikan yang telah dicapai.
Tujuan
pendidikan adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya dipakai
untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani
seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke
dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. Dan tujuan
akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya :
”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan
muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102).
Jadi insan kamil yang mati dalam keadaan
berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan akhir dari pendidikan
Islam.[26]
3.
Tujuan Sementara
Tujuan
sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah
pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.
Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan
meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah
kelihatan pada pribadi anak didik.
4. Tujuan
Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan
praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu
unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan
diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Dalam tujuan operasional ini lebih
banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu.
Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian.
Bila dilihat dari segi
filosofis, maka tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu:[27]
1. Tujuan
teoritis yang bersasaran pada pemberian kemampuan teoritis kepada anak didik.
2. Tujuan
praktis yang mempunyai sasaran pada pemberian kemampuan praktis kepada anak
didik.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi,
memaparkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:[28]
1. Membentuk
akhlak mulia
2. Mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat
3. Mempersiapkan
untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4. Menumbuhkan
semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5. Mempersiapkan
tenaga profesional yang terampil
Oleh karena itu, tujuan
akhir pendidikan Islam berada di dalam garis yang sama dengan misi tersebut,
yaitu membentuk kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan
kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat Allah di seluruh
penjuru alam ini. Hal ini berarti bahwa potensi rahmat dan berkat Allah
tersebut tidak akan terwujut nyata, bilamana tidak diaktualisasikan melalui
ikhtiar yang bersifat kependidikan secara terarah dan tepat.[29]
Jika
pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan duniawi yang sejahtera baik
dalam dimensi bernegara maupun bermasyarakat maka Pendidikan Islam bercita-cita
lebih jauh yang bernilai transendental, bukan insindetal atau aksidental di
dunia, yaitu kebahagiaan hidup setelah mati. Jadi nilai-nilai yang hendak
diwujudkan oleh pendidikan Islam adalah berdimensi transendetal (melampaui
wawsan hidup duniawi) sampai ke ukhrawi dengan meletakkan cita-cita yang
mengandung dimensi nilai duniawi sebagai sarananya. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan sarana atau alat untuk merealisasikan tujuan hidup orang muslim
secara universal maka tujuan pendidikan Islam di seluruh dunia harus sama bagi
semua umat Islam, yang berbeda hanyalah sistem dan metodenya.[30]
C.
Fungsi
Pendidikan Islam
Fungsi
pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu memelihara dan mengembangkan
fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek didik menuju terbentuknya
manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah lazim digunakan
yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara makro, fungsi pendidikan
islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam perkambangan peradaban
manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan.
Fenomena
tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi budaya dan sosiologi
yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat manusia dari masa ke masa semakin
berkembang maju; dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi
sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari segi
antropologi budaya dan sosiologi, fungsi pendidikan ialah menumbuhkan wawasan yang tepat mengenai manusisa di alam sekitarnya,
sehingga dengan demikian dimungkinkan tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun
dirinya dan lingkungannya. Dalam buku Filsafat
Pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul Halim, fungsi pendidikan dilihat
secara operasional adalah:[31]
1. Alat
untuk memelihara, memperluas, dan menghubungan tingkat-tingkat kebudayaan,
nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat nasioanal
2. Alat
untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis besarnya,
upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki,
serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam
menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.
Menurut pandangan
pendidikan islam, fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan
kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan
fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam
hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan
mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus
salimah dan terhindar dari al-fithratu
ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang
tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati
dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani,
Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.[32]
Betapa pentingnya
fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam menyelamatkan dan mengembangkan
fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan dan pengaajaran juga berfungsi untuk
mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar
ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan
hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan
sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.[33]
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk
mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah dipilih untuk menunjuk
pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan.
1.
Terma tarbiyah dapat diperluas makna
semantiknya.
2.
Terma tarbiyah lebih umum dapat diterima
oleh masyarakat muslim di Indonesia
3.
Istilah tarbiyah lebih umum diterima
dalam situasi lokal tertentu dari pada terma taklim dan takdib.
Tujuan
pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:
1. Membentuk
akhlak mulia
2. Mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat
3. Mempersiapkan
untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya
4. Menumbuhkan
semangat ilmiah dikalangan peserta didik
5. Mempersiapkan
tenaga profesional yang terampil
Sedangkan fungsi
pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak
peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi
pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik
adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap
menjadi al-fithratus salimah dan
terhindar dari al-fithratu ghairus
salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang tetap
dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam
keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi
ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.
BAB
IV
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), Jakarta: GAYA MEDIA
PRATAMA, 2005
Hamdani Ihsan dan Fuad
Ihsan, Filsafat
Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung:
CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Griya Santri, 2010.
Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falafah Pendidikan Islam),
Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm.
133.
Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta:
CIPUTAT PERS, 2002.
https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB
http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 5 Januari 2015 pukul 13.37 WIB.
https://hamamburhanuddin.wordpress.com/artikel-2/pendidikan/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-islam/,
diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 12.34 WIB.
http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend,
diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 12.31 WIB.
[1] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses
pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB
[2] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses
pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB
[3] Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam
Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002). hlm. 25
[4] Ibid., hlm. 25
[5]
Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi
Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan Islam) (Yogyakarta: Nuha Litera,
2010), hlm. 22
[6] Ibid., hlm. 22
[7] Samsul
Nizar, Filsafat..., hlm. 26
[8] Maragustam,
Mencetak..., hlm. 23
[9] Samsul
Nizar, Filsafat..., hlm. 27
[10]
Maragustam, Mencetak..., hlm. 25-26
[11] Ibid., hlm. 26
[12] Ibid., hlm. 27
[13] Samsul
Nizar, Filsafat..., hlm. 30
[15] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam,
cetakan III (Bandung:
CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
[16] http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses
pada tanggal 5 Januari 2015 pukul 13.37 WIB.
[17] http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses
pada tanggal 5 Januari 2015 pukul 13.37 WIB
[18] Mangun
Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Griya Santri, 2010), hlm. 27
[19] Muzayyin
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), hlm. 110.
[20] Mangun
Budiyanto, Ilmu..., hlm. 28
[21] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses
pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB
[22] https://hamamburhanuddin.wordpress.com/artikel-2/pendidikan/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-islam/, diakses
pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 12.34 WIB.
[23]http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend, diakses
pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 12.31 WIB.
[24] Muzayyin
Arifin, Filsafat..., hlm. 111.
[25] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses
pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB
[27] Muzayyin
Arifin, Filsafat..., hlm. 116.
[28] Samsul
Nizar, Filsafat..., hlm. 37
[29] Muzayyin
Arifin, Filsafat..., hlm. 114.
[30] Ibid., hlm. 111.
[31] Samsul
Nizar, Filsafat..., hlm. 34
[32] Mangun
Budiyanto, Ilmu..., hlm. 107
[33] Ibid., hlm. 108
I just visited here. It's so good page and information, may be next time I will coming here again... Thanks so much! Read more:
BalasHapusInfo Sekolah dan Dunia Islam Terkini
Kabar Guru dan Pendidikan
Teacher and Education Live News
Thank you for your visit in my blog
Hapusijin copy gan, terima kasih
BalasHapus