PANDANGAN UMAT KATHOLIK TERHADAP MULTIKULTURALISME
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pendidikan
Multikultural
Dosen Pengampu : Muh. Agus Nuryanto
Disusun Oleh :
1. Irfan
Jamil 07470009
2. Syafi’ur
Rahman 09470079
3. Rahma
Apriliana 09470089
4. Siti
Baro’ah 09470093
5. Tri
Pariyatun 09470111
JURUSAN
KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011/2012
PENDAHULUAN
Pendidikan multikultural adalah konsep pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama
kepada semua peserta didik tanpa memandang gender dan kelas social, etnik, ras,
agama, dan karakteristik cultural mereka untuk belajar didalam kelas.
Dalam hal ini dijelaskan nilai-nilai
pendidikan multikultural meliputi nilai kesetaraan, toleransi, demokrasi, dan,
pluralisme. Dimana nilai pluralisme ini mengajarkan tiap pemeluk agama dituntut
bukan saja mengakui keberadaandan hak agama lain, tetapi terlibat dalam
memahami perbedaan dan persamaa guna tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan.
Selain itu, Islam menetapkan prinsip
untuk saling menghormati eksistensi agama-agama lain. Dalam hal ini pliralisme
menginginkan tatanan masyarakat yang dialogis, toleran, dan dinamis.
Maka, kali ini kami mencoba
mewawancari dari agama non muslim, untuk mencari informasi apakah pendidikan
multikulturalisme sudah diterapkan oleh masing-masing agama khususnya agama katholik. Dari pemaparan
diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
- Seperti apa pandangan agama katholik
tentang multikulturalisme?
- Apa yang meraka alami dan rasakan?
- Bagaimana cara agama katholik
menanamkan multikulturalisme di masyarakat?
- Apa manfaat dengan adanya pendidikan
multikultural?
PROFIL WAWANCARA
Untuk menjawab rumusan
masalah di atas, kami selaku peneliti akan mencoba mewawancarai responden kami
untuk memperoleh informasi yang kami butuhkan. Berikut profil dari responden
kami:
Nama : Bpk. Jumadi
Agama : Katholik
Alamat : Kawedan, Bangunkerto,
Turi, Sleman, Yogyakarta, 55551
PEMBAHASAN
- Pandangan umat katholik tentang multikulturalisme
Menurut pandangan saya, multi itu banyak,
sedangkan kultur itu budaya, jadi multikulturalisme keanekaragaman budaya,
dimana kita diajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar keragaman
tersebut. Sedangkan agama dari sudut pandang suatu aspek budaya, agama dapat
bersifat multikultural seperti agama Katholik. Meski demikian, umat dari
berbagai agama dapat mengambil bagian dalam kebudayaan yang sama. Sehingga
multikulturalisme dapat diartikan sebagai sikap menerima baik keanekaragaman
kebudayaan, gaya hidup yang berbeda-beda di dalam suatu masyarakat, dan sikap
percaya bahwa keanekaragaman ini memperkaya kehidupan manusia.
Perbedaan-perbedaan antara agama-agama adalah bukan masalah kebenaran dan
ketidak benaran, tetapi tentang perbedaan persepsi terhadap satu kebenaran,
atinya jika kita berbicara tentang kepercayaan-kepercayaan keagamaan sebagai
benar atau salah adalah tidak diperkenankan. Kepercayaan keagamaan adalah
masalah pribadi. Setiap orang berhak mempercayai iman masing-masing. Saya tidak
boleh menganggap agama saya lah yang paling benar! Agama yang lain tidak benar!
dan agama saya lah yang berhak masuk surga! Agama lain tidak berhak masuk surga!
Jadi, multikulturalisme tidak menolak perbedaan,
akan tetapi menerima perbedaan tersebut. Umat Katholik malah menolak konsep
yang membedakan, khususnya yang dapat mengganggu kesatuan dalam berbagai agama.
Multikulturalime mengusulkan agar para pemeluk agama mengakui kebenaran dari
semua bentuk keagamaan dan meninggalkan klaim-klaim tentang bentuk agama yang
menggap agamanya sendiri paling benar. Multikulturalisme memberi satu format
keagamaan baru, yaitu satu kebenaran dari tiap-tiap agama.
Kebenaran agama Katholik adalah sama dengan
kebenaran agama lain. Jadi setiap agama mengimani obyek atau Tuhan yang sama.
Karena itu secara otomatis semua agama memiliki kebenaran yang berbeda, tetapi
substansinya adalah sama yaitu tentang realitas ilahi. Bukan hanya memiliki
kebenaran yang berbeda tentang obyek yang sama, tetapi juga memiliki tujuan
yang sama. Saya juga mengakui bahwa Allah itu hanya satu, dan Allah itu Maha
Esa. Akan tetapi, umat Katholik berbpendapat bahwa Allah itu tidak dapat
dilihat. Bagaimana saya dapat mencontoh Allah untuk menjadi panutan? Makanya
umat katholik menjadikan yesus sebagai pengganti Allah, dialah Allah yang
menjelma menjadi manusia. Dan yesus yang dapat kami lihat secara nyata. Saya juga
mengakui bahwa tidak hanya satu agama yang memiliki keselamatan, sebagaimana
agama yang lain juga memiliki keselamatan. Kasih Allah yang besar menurut saya
tidak akan mengirim seseorang ke neraka untuk menghadapi penghukuman kekal.
- Masalah dan solusi yang dialami dan dirasakan
di masyarakat
Di masyarakat Kawedan ini, saya tidak merasa
adanya deskriminasi terhadap saya. Dapat di buktikan pada saat hari raya idul
fitri, mereka yang beragama Islam tetap datang ke rumah saya dengan tujuan
untuk bersilaturohmi. Dan mereka tidak pernah membeda-bedakan antar agama satu
dengan yang lain. Meskipun saya tidak merayakan idul fitri, mereka tetap
berkunjung ke rumah untuk melakukan silaturohmi. Begitu juga pada saat umat
katholik merayakan natal, saya melihat orang-orang yang menjaga keamanan di
gereja katholik itu pemuda-pemuda dari umat Islam. Selain itu, saya sering di
undang untuk pengajian syawalan oleh umat Islam.
Selain itu, pada saat umat Islam merayakan hari
raya idul adha, mereka masih menghargai kami sebagai umat katholik. Meskipun
saya tidak merayakan idul adha, kami masih tetap bisa merasakan pembagian
daging kurban pada saat idul adha. Umat Islam juga tidak pernah mendeskriminasi
hal tersebut.
Masih ada hal lain yang saya rasa tidak pernah di
deskriminasikan oleh masyarakat, yaitu pada peristiwa di Temanggung. Pada saat
itu, gereja katholik di temanggung di bom. Saya salut pada umat Islam, karena
yang membersihkan puing-puing runtuhan bangunan itu umat Islam. Mereka juga
ikut memperbaiki kerusakan gereja itu.
Jadi, di msyarakat saya tidak merasa adanya deskriminasi
terhadap agama katholik, hanya saja, di luar masih ada sedikit sikap
deskriminasi terhadap umat katholik. Kita ambil contoh, umat katholik itu ingin
membangun gereja masih dipersulit. Untuk membangun gereja kami harus izin oleh
masyarakat disekitar tempat kami akan membangun gereja, dan minta izinnya harus
berbelit-belit. Hal itu yang sedikit kami merasa ada deskriminasi bagi kami
umat katholik. Sedangkan kami membangun gereja tidak minta dana dari mereka.
Jika kami mengalami diskriminasi sosial, solusi
yang akan kami lakukan adalah:
- Pemimpin setempat yang bersifat
deskriminatif di beri penataran agar membangu kerjasama / dibina agar
mereka mau membangun kerjasama.
- Jangan sampai hal tersebut menjadi
konflik antar umat beragama.
- Tidak menanggapi dengan kekarasan,
sebab dengan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi malah akan
menambah masalah.
- Cara menanamkan multikulturalisme di
masyarakat
Menurut umat katholik cara menanamkan pendidikan multikulturalisme
di masyarakat adalah sebagai berikut:
- Sebisa mungkin menjaga agar tidak
masuk paham-paham fanatisme agama. Dimana paham tersebut menganggap banhwa
hanya agama saya yang benar, dan agama lain tidak benar atau salah. Dan
hanya menganggap pengikut agamaku yang berhak masuk surga. Sedangan agama
lain tidak berhak masuk surga. Paham fanatisme tersebut seharusnya
dibetengi agar tidak masuk ke dalam masyararakat, agar mereka saling
memahami dan mengerti antar umat beragama.
- Perlu dikembangkan sikap dan perilaku
saling mengerti, saling menghormati antar umat beragama, serta jangan
sampai terjadi sikap saling menjelekkan antar umat beragama. Karena hal
tersebut yang dapat mencegah munculnya paham fanatisme.
- Antar umat beragama sebaiknya saling
mengetahui dan memahami dasar-dasar iman agama sesamanya.
- Membangun kerja sama antar umat
beragama dalam mengusahakan kesejahteraan umum. Dapat kita ambil contoh,
dalam kehidupan bermasyarakat perlu adanya koprasi dengan tujuan untuk
mensejahterakan anggotanya. Tetapi dalam koprasi tersebut tidak perlu
membeda-bedakan agama.
- Membangun kerja sama antar umat
beeragama dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan
perdamaian.
- Manfaat pendidikan multikultural
Dengan adanya multikulturalisme kita diajarakan
untuk saling menghormati, menghargai adanya perbedaan agama. Selain itu, dapat
menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama untuk saling membangun kerja
sama antar umat beragama dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan,
kesejahteraan, dan perdamain antar umat beragama. Dengan adanya multikulturalisme kedamaian dan
kesejahteraan tersebut akan mudah dicapai.
Maka, untuk mensosialisasikan multikulturalisme
agar dapat di sosialisasikan antar berbagai pemeluk agama agar mereka saling
mengerti dan memahami perbedaan agama. Maka perlu diadakannya semacam gerakan
sosialisasi multikulturalisme antar organisasi / lembaga yang beranggotakan
berbagai unsur agama. Dengan sosialisasi ini diharapkan akan dapat saling
mengerti dan memahami agama satu dengan agama yang lain.
PENUTUP
Multikulturalisme dapat diartikan sebagai sikap
menerima baik keanekaragaman kebudayaan, gaya hidup yang berbeda-beda di dalam
suatu masyarakat, dan sikap percaya bahwa keanekaragaman ini memperkaya
kehidupan manusia. Perbedaan-perbedaan antara agama-agama adalah bukan masalah
kebenaran dan ketidak benaran, tetapi tentang perbedaan persepsi terhadap satu
kebenaran, atinya jika kita berbicara tentang kepercayaan-kepercayaan keagamaan
sebagai benar atau salah adalah tidak diperkenankan. Kepercayaan keagamaan
adalah masalah pribadi. Setiap orang berhak mempercayai iman masing-masing.
Dengan adanya multikulturalisme kita diajarakan
untuk saling menghormati, menghargai adanya perbedaan agama. Selain itu, dapat
menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama untuk saling membangun kerja
sama antar umat beragama dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan,
kesejahteraan, dan perdamain antar umat beragama. Dengan adanya multikulturalisme kedamaian dan
kesejahteraan tersebut akan mudah dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar