Senin, 08 Desember 2014

LAPORAN HASIL WAWANCARA PANDANGAN UMAT KATHOLIK TERHADAP MULTIKULTURALISME

LAPORAN HASIL WAWANCARA
PANDANGAN UMAT KATHOLIK TERHADAP MULTIKULTURALISME
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pendidikan Multikultural
Dosen Pengampu : Muh. Agus Nuryanto


Disusun Oleh :
1.         Irfan Jamil                 07470009
2.         Syafi’ur Rahman      09470079
3.         Rahma Apriliana      09470089
4.         Siti Baro’ah                09470093
5.         Tri Pariyatun             09470111                                                                   
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011/2012
PENDAHULUAN

            Pendidikan multikultural adalah konsep pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik tanpa memandang gender dan kelas social, etnik, ras, agama, dan karakteristik cultural mereka untuk belajar didalam kelas.
            Dalam hal ini dijelaskan nilai-nilai pendidikan multikultural meliputi nilai kesetaraan, toleransi, demokrasi, dan, pluralisme. Dimana nilai pluralisme ini mengajarkan tiap pemeluk agama dituntut bukan saja mengakui keberadaandan hak agama lain, tetapi terlibat dalam memahami perbedaan dan persamaa guna tercapainya kerukunan dalam kebhinekaan.
            Selain itu, Islam menetapkan prinsip untuk saling menghormati eksistensi agama-agama lain. Dalam hal ini pliralisme menginginkan tatanan masyarakat yang dialogis, toleran, dan dinamis.
            Maka, kali ini kami mencoba mewawancari dari agama non muslim, untuk mencari informasi apakah pendidikan multikulturalisme sudah diterapkan oleh masing-masing agama  khususnya agama katholik. Dari pemaparan diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Seperti apa pandangan agama katholik tentang multikulturalisme?
  2. Apa yang meraka alami dan rasakan?
  3. Bagaimana cara agama katholik menanamkan multikulturalisme di masyarakat?
  4. Apa manfaat dengan adanya pendidikan multikultural?







PROFIL WAWANCARA

            Untuk menjawab rumusan masalah di atas, kami selaku peneliti akan mencoba mewawancarai responden kami untuk memperoleh informasi yang kami butuhkan. Berikut profil dari responden kami:
Nama            : Bpk. Jumadi
Agama          : Katholik
Alamat         : Kawedan, Bangunkerto, Turi, Sleman, Yogyakarta, 55551






















PEMBAHASAN

  1. Pandangan umat katholik tentang multikulturalisme
Menurut pandangan saya, multi itu banyak, sedangkan kultur itu budaya, jadi multikulturalisme keanekaragaman budaya, dimana kita diajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar keragaman tersebut. Sedangkan agama dari sudut pandang suatu aspek budaya, agama dapat bersifat multikultural seperti agama Katholik. Meski demikian, umat dari berbagai agama dapat mengambil bagian dalam kebudayaan yang sama. Sehingga multikulturalisme dapat diartikan sebagai sikap menerima baik keanekaragaman kebudayaan, gaya hidup yang berbeda-beda di dalam suatu masyarakat, dan sikap percaya bahwa keanekaragaman ini memperkaya kehidupan manusia. Perbedaan-perbedaan antara agama-agama adalah bukan masalah kebenaran dan ketidak benaran, tetapi tentang perbedaan persepsi terhadap satu kebenaran, atinya jika kita berbicara tentang kepercayaan-kepercayaan keagamaan sebagai benar atau salah adalah tidak diperkenankan. Kepercayaan keagamaan adalah masalah pribadi. Setiap orang berhak mempercayai iman masing-masing. Saya tidak boleh menganggap agama saya lah yang paling benar! Agama yang lain tidak benar! dan agama saya lah yang berhak masuk surga! Agama lain tidak berhak masuk surga!
Jadi, multikulturalisme tidak menolak perbedaan, akan tetapi menerima perbedaan tersebut. Umat Katholik malah menolak konsep yang membedakan, khususnya yang dapat mengganggu kesatuan dalam berbagai agama. Multikulturalime mengusulkan agar para pemeluk agama mengakui kebenaran dari semua bentuk keagamaan dan meninggalkan klaim-klaim tentang bentuk agama yang menggap agamanya sendiri paling benar. Multikulturalisme memberi satu format keagamaan baru, yaitu satu kebenaran dari tiap-tiap agama.
Kebenaran agama Katholik adalah sama dengan kebenaran agama lain. Jadi setiap agama mengimani obyek atau Tuhan yang sama. Karena itu secara otomatis semua agama memiliki kebenaran yang berbeda, tetapi substansinya adalah sama yaitu tentang realitas ilahi. Bukan hanya memiliki kebenaran yang berbeda tentang obyek yang sama, tetapi juga memiliki tujuan yang sama. Saya juga mengakui bahwa Allah itu hanya satu, dan Allah itu Maha Esa. Akan tetapi, umat Katholik berbpendapat bahwa Allah itu tidak dapat dilihat. Bagaimana saya dapat mencontoh Allah untuk menjadi panutan? Makanya umat katholik menjadikan yesus sebagai pengganti Allah, dialah Allah yang menjelma menjadi manusia. Dan yesus yang dapat kami lihat secara nyata. Saya juga mengakui bahwa tidak hanya satu agama yang memiliki keselamatan, sebagaimana agama yang lain juga memiliki keselamatan. Kasih Allah yang besar menurut saya tidak akan mengirim seseorang ke neraka untuk menghadapi penghukuman kekal.

  1. Masalah dan solusi yang dialami dan dirasakan di masyarakat
Di masyarakat Kawedan ini, saya tidak merasa adanya deskriminasi terhadap saya. Dapat di buktikan pada saat hari raya idul fitri, mereka yang beragama Islam tetap datang ke rumah saya dengan tujuan untuk bersilaturohmi. Dan mereka tidak pernah membeda-bedakan antar agama satu dengan yang lain. Meskipun saya tidak merayakan idul fitri, mereka tetap berkunjung ke rumah untuk melakukan silaturohmi. Begitu juga pada saat umat katholik merayakan natal, saya melihat orang-orang yang menjaga keamanan di gereja katholik itu pemuda-pemuda dari umat Islam. Selain itu, saya sering di undang untuk pengajian syawalan oleh umat Islam.
Selain itu, pada saat umat Islam merayakan hari raya idul adha, mereka masih menghargai kami sebagai umat katholik. Meskipun saya tidak merayakan idul adha, kami masih tetap bisa merasakan pembagian daging kurban pada saat idul adha. Umat Islam juga tidak pernah mendeskriminasi hal tersebut.
Masih ada hal lain yang saya rasa tidak pernah di deskriminasikan oleh masyarakat, yaitu pada peristiwa di Temanggung. Pada saat itu, gereja katholik di temanggung di bom. Saya salut pada umat Islam, karena yang membersihkan puing-puing runtuhan bangunan itu umat Islam. Mereka juga ikut memperbaiki kerusakan gereja itu.
Jadi, di msyarakat saya tidak merasa adanya deskriminasi terhadap agama katholik, hanya saja, di luar masih ada sedikit sikap deskriminasi terhadap umat katholik. Kita ambil contoh, umat katholik itu ingin membangun gereja masih dipersulit. Untuk membangun gereja kami harus izin oleh masyarakat disekitar tempat kami akan membangun gereja, dan minta izinnya harus berbelit-belit. Hal itu yang sedikit kami merasa ada deskriminasi bagi kami umat katholik. Sedangkan kami membangun gereja tidak minta dana dari mereka.
Jika kami mengalami diskriminasi sosial, solusi yang akan kami lakukan adalah:
  1. Pemimpin setempat yang bersifat deskriminatif di beri penataran agar membangu kerjasama / dibina agar mereka mau membangun kerjasama.
  2. Jangan sampai hal tersebut menjadi konflik antar umat beragama.
  3. Tidak menanggapi dengan kekarasan, sebab dengan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi malah akan menambah masalah.

  1. Cara menanamkan multikulturalisme di masyarakat
Menurut umat katholik cara menanamkan pendidikan multikulturalisme di masyarakat adalah sebagai berikut:
  1. Sebisa mungkin menjaga agar tidak masuk paham-paham fanatisme agama. Dimana paham tersebut menganggap banhwa hanya agama saya yang benar, dan agama lain tidak benar atau salah. Dan hanya menganggap pengikut agamaku yang berhak masuk surga. Sedangan agama lain tidak berhak masuk surga. Paham fanatisme tersebut seharusnya dibetengi agar tidak masuk ke dalam masyararakat, agar mereka saling memahami dan mengerti antar umat beragama.
  2. Perlu dikembangkan sikap dan perilaku saling mengerti, saling menghormati antar umat beragama, serta jangan sampai terjadi sikap saling menjelekkan antar umat beragama. Karena hal tersebut yang dapat mencegah munculnya paham fanatisme.
  3. Antar umat beragama sebaiknya saling mengetahui dan memahami dasar-dasar iman agama sesamanya.
  4. Membangun kerja sama antar umat beragama dalam mengusahakan kesejahteraan umum. Dapat kita ambil contoh, dalam kehidupan bermasyarakat perlu adanya koprasi dengan tujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Tetapi dalam koprasi tersebut tidak perlu membeda-bedakan agama.
  5. Membangun kerja sama antar umat beeragama dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan perdamaian.

  1. Manfaat pendidikan multikultural
Dengan adanya multikulturalisme kita diajarakan untuk saling menghormati, menghargai adanya perbedaan agama. Selain itu, dapat menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama untuk saling membangun kerja sama antar umat beragama dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan perdamain antar umat beragama. Dengan adanya multikulturalisme kedamaian dan kesejahteraan tersebut akan mudah dicapai.
Maka, untuk mensosialisasikan multikulturalisme agar dapat di sosialisasikan antar berbagai pemeluk agama agar mereka saling mengerti dan memahami perbedaan agama. Maka perlu diadakannya semacam gerakan sosialisasi multikulturalisme antar organisasi / lembaga yang beranggotakan berbagai unsur agama. Dengan sosialisasi ini diharapkan akan dapat saling mengerti dan memahami agama satu dengan agama yang lain.









PENUTUP

Multikulturalisme dapat diartikan sebagai sikap menerima baik keanekaragaman kebudayaan, gaya hidup yang berbeda-beda di dalam suatu masyarakat, dan sikap percaya bahwa keanekaragaman ini memperkaya kehidupan manusia. Perbedaan-perbedaan antara agama-agama adalah bukan masalah kebenaran dan ketidak benaran, tetapi tentang perbedaan persepsi terhadap satu kebenaran, atinya jika kita berbicara tentang kepercayaan-kepercayaan keagamaan sebagai benar atau salah adalah tidak diperkenankan. Kepercayaan keagamaan adalah masalah pribadi. Setiap orang berhak mempercayai iman masing-masing.
Dengan adanya multikulturalisme kita diajarakan untuk saling menghormati, menghargai adanya perbedaan agama. Selain itu, dapat menumbuhkan sikap toleransi antar umat beragama untuk saling membangun kerja sama antar umat beragama dalam memperjuangkan kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan perdamain antar umat beragama. Dengan adanya multikulturalisme kedamaian dan kesejahteraan tersebut akan mudah dicapai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar